SOFTSKILL 1 (SEMESTER 8)

NAME           : CLAUDIA RAESITA AMOR (11611685) & PANCA RAHMAWATI (18611087)
CLASS           : 4SA05
ASSIGNMENT: MS. MILA SOFTSKILL 1
-TEKS ASLI-
CHILDREN JOIN WEEKEND CLASS TO GET CLOSER TO NATURE
Holding a long rope, a line of children carefully strolled along the Kalibaru River in Katulampa subdistrict, Bogor, West Java, on Saturday morning, while parents and facilitators of Peyapeyo, a parenting and child education community, asked them to watch out for motorcyclists.

“Say ‘excuse me’ to the men,” said facilitator Aris M. Luthfi when they passed a group of men near the river.

Aris then asked whether the children knew where they were be going. “To the mountain!” said 4-year-old Kimi loudly, to the laughter of the other children. 

Kimi was among dozens of children aged between three and seven who joined a weekend class themed “Knowing Water Better”, held by Peyapeyo. 

Aris told the children they would visit Katulampa sluice gate, upstream of the Ciliwung River.

As they arrived at the destination, the children were given a short explanation of the function of the gate and how the water level was monitored, which was crucial to predicting if floods would hit Jakarta. 

The children were also taught the importance of keeping the water clean, as it was the source of water in the capital. 

The visit to the gate was part of a busy schedule that morning. 

The children also enthusiastically made so-called Water Apollo toys, then learned about volcanic eruptions in the nearby Kampoeng Air restaurant, which also had a natural kindergarten.

Water Apollo toys consist of a long narrow plastic bag filled with brightly colored water and a Styrofoam ball. The children learned that although they repeatedly turned the plastic upside down, the ball and the air bubble would keep facing up. 

Meanwhile, the children learned about volcanoes with Play Doh. They used a mixture of detergent, food coloring, baking soda and vinegar to create the effects of an eruption.

San Bono Pratikno, the parent of 4-year-old Bumi, hoped his son would learn as much as possible from the activities, so that his love for nature and creativity would develop.

“I was raised in a village, so this kind of activity was my cup of tea. However, my son rarely goes out and always stays at home after school,” he said, adding that he wanted his son to be more sociable as he did not have many friends his age in the neighborhood. 

Yoni Ania Desela, 26, drove from her house in Serpong, South Tangerang, so her two children could enjoy the activities in Bogor. 

She said she rarely took her children, Kimi and Kama, to shopping malls during the weekend. 

“If they do not have any courses, I find alternative activities that can trigger their creativity and curiosity,” she said, adding that the weekend class was one of them. 

Dieta Hadi, the co-founder of Peyapeyo, said the idea of holding a weekend class came up because many parents were still confused about alternatives for their children on weekends. 

“Parents in Bogor usually take their children to Bandung or Jakarta on the weekends, while Jakartans who visit Bogor usually only go to restaurants or factory outlets,” she said.

She said Peyapeyo planned to hold a similar event each month. 

Dieta, who also owned a daycare center, said enthusiasm for the events was quite high. 

“We initially held the event for only 20 children, but have since increased the quota to 35 children,” she said.



-TRANSLATE- 
       
ANAK-ANAK MENGIKUTI KELAS AKHIR PEKAN UNTUK LEBIH DEKAT DENGAN ALAM

Memegang tali panjang, anak-anak berbaris dengan hati-hati berjalan di sepanjang Sungai Kalibaru, Kecamatan Katulampa, Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu pagi, sementara orang tua dan pemberi fasilitas dari Peyapeyo, komunitas pola asuh dan pendidikan anak, meminta mereka untuk mengawasi para pengguna sepeda motor.

"Katakan 'Permisi' kepada orang-orang," kata pemberi fasilitas Aris M. Luthfi ketika mereka melewati sekelompok laki-laki di dekat sungai.
Aris kemudian bertanya apakah anak-anak tahu kemana mereka akan pergi. "Ke gunung!" Kata Kimi anak berusia 4 tahun dengan keras, dan yang lainnya tertawa.
Kimi adalah di antara puluhan anak-anak berusia antara tiga dan tujuh tahun yang bergabung di kelas akhir pekan bertema "Mengenal Air Dengan Lebih Baik", yang diselenggarakan oleh Peyapeyo.
Aris mengatakan kepada anak-anak, mereka akan mengunjungi pintu air Katulampa, hulu Sungai Ciliwung.

Saat mereka tiba di tempat tujuan, anak-anak diberi penjelasan singkat fungsi dari gerbang dan bagaimana tingkat air dipantau, yang penting untuk memprediksi apakah banjir akan melanda Jakarta.

Anak-anak juga diajarkan pentingnya menjaga air bersih, karena itu sumber air di ibukota.

Kunjungan ke pintu gerbang adalah bagian dari jadwal padat pagi itu.

Anak-anak juga antusias dengan permainan air yaitu Air Apollo, kemudian belajar tentang letusan gunung berapi yang berada dekat restoran Kampoeng Air, yang juga memiliki taman kanak-kanak alami.

Air Apollo mainan terdiri dari kantong plastik yang sempit panjang diisi dengan air berwarna cerah dan bola styrofoam. Anak-anak belajar bahwa meskipun plastik itu berubah terbalik berulang kali, bola dan gelembung udara akan tetap menghadap ke atas.

Sementara itu, anak-anak belajar tentang gunung berapi dengan Play Doh. Mereka menggunakan 
campuran deterjen, pewarna makanan, baking soda dan cuka untuk menciptakan efek letusan.
San Bono Pratikno, orang tua dari anak 4 tahun yang bernama Bumi, berharap anaknya akan belajar sebanyak mungkin dari kegiatan tersebut, sehingga cintanya terhadap alam dan kreativitas akan terus berkembang.

"Saya dibesarkan di sebuah desa, sehingga kegiatan semacam ini ibarat secangkir teh. Namun, anak saya jarang keluar dan selalu tinggal di rumah sepulang sekolah, "katanya, menambahkan bahwa ia ingin anaknya menjadi lebih ramah karena ia tidak punya banyak teman seusianya di lingkungan.
Yoni Ania Desela, 26, melaju dari rumahnya di Serpong, Tangerang Selatan, sehingga kedua anaknya bisa menikmati kegiatan di Bogor.

Dia bilang dia jarang mengajak anak-anaknya, Kimi dan Kama,  ke pusat perbelanjaan selama akhir pekan.

"Jika mereka tidak memiliki acara apapun, saya menemukan alternatif kegiatan yang dapat memicu kreativitas dan rasa ingin tahu mereka," katanya, menambahkan bahwa kelas akhir pekan adalah salah satu kegiatan yang mereka harus jalani.

Dieta Hadi, co-founder dari Peyapeyo, mengatakan ide memegang kelas akhir pekan datang karena banyak orang tua yang masih bingung tentang pilihan alternatif untuk anak-anak mereka pada akhir pekan.

"Orang tua di Bogor biasanya membawa anak-anak mereka ke Bandung atau Jakarta pada akhir pekan, sementara warga Jakarta yang berkunjung ke Bogor biasanya hanya pergi ke tempat makan atau tempat perbelanjaan," katanya.

Dia mengatakan Peyapeyo merencanakan untuk mengadakan acara serupa setiap bulan.
Dieta, yang juga memiliki sebuah pusat penitipan anak, mengatakan semangat untuk acara itu cukup tinggi.


 “Awalnya kami mengadakan acara hanya 20 anak, tetapi sejak peningkatan jumlah untuk 35 anak-anak," katanya.

0 komentar:

Posting Komentar

apakah anda enjoy di blog saya ?

Total view my blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
menjadi diri sendiri lebih baik